TEORI TEMPAT PUSAT CHRISTALLER
A. PENDAHULUAN
Walter Christaller pada tahun 1933 menulis buku yang diterje mahkan dengan bahasa Inggris berjudul Central Places In Shouthern Germany. Dalam buku ini Christaller mencoba menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota dan distribusinya di dalam satu wilayah.
B. REVIEW LITERATUR : TEORI TEMPAT PUSAT CHRISTALLER
Christaller mengembangkan modelnya untuk suatu wilayah abstrak dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Wilayahnya adalah dataran tanpa roman, semua adalah datar dan sama.
2. Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah (isotropis surface)
3. Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tyersebar secara merata pada seluruh wilayah.
4. Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak/biaya.
Christaller mengikuti pandangan Lloyd. Lloyd melihat bahwa jangkauan luas pasar dari setiap komoditas itu ada batasnya yang dinamakan range dan ada batas minimal dari luas pasarnya agar produsen bisa tetap berproduksi. Luas pasar minimal dinamakan threshold. Tidak boleh ada produsen untuk komoditas yang sama dalam ruang threshold tersebut. Apabila ada, salah satunya akan gulung tikar atau kedua-duanya akan gulung tikar dan kemudian akan muncul pengusaha baru.
Kebutuhan masyarakat dibedakan menjadi kelompok-kelompok. Kebutuhan sehari-hari seperti beras, gula dan garam dianggap menjadi kelompok 1. Kebutuhan seperti pakaian dan sepatu yang dibeli sebulan sekali dianggap menjadi kelompok 2. Kebutuhan yang makin sering tidak dibeli seperti televisi dan kulkas dianggap menjadi kelompok 3 sedangkan kebutuhan mewah seperti mobil dan perhiasan mahal dianggap sebagai kelompok 4 yang merupakan kelompok tertinggi. Makin tinggi kelompoknya, range pemasaran thresholdnya semakin luas. Dalam konsep ruang, makin luas wilayah pemasaran suatu barang, ordenya makin tinggi dan orde tertinggi di beri ranking 1. Jadi barang kelompok 4 dikatakan sebagai orde I, barang kelompok 3 dikatakan orde II, barang kelompok 2 dikatakan sebagai orde III dan barang kelompok 1 dikatakan sebagai orde IV. Sehingga diperoleh model Christaller tentang terjadinya model area perdagangan heksagonal, yaitu :
1. Mula-mula terbentuk areal perdagangan satu komoditas berupa lingkaran-lingkaran. Setiap lingkaran memiliki lingkaran pusat dan menggambarkan threshold komoditas tersebut. Lingkaran-lingkaran ini tidak tumpang tindih
2. Lingkaran-lingkaran berupa range dari komoditas tersebut kemudian boleh tumpang tindih.
3. Range yang tumpang tindih dibagi antara kedua pusat yang berdekatan sehingga terbentuk areal heksagonal yang menutupi seluruh dataran yang tidak lagi tumpang tindih.
4. Tiap barang berdasarkan ordenya memiliki heksagonal sendiri.
Berdasarkan modek k=3, pusat dan hierarki yang lebih rendah berada pada sudut dan hierarki yang lebih tinggi sehingga pusat yang lebih rendah berada pada pengaruh dari tiga hierarki yang lebih tinggi lainnya. Christaller melihat ini tidak realisistis sehingga dia menggunakan model k=7 di mana pusat dari beberapa wilayah yang lebih rendah berada pada heksagonal pusat yang lebih tinggi. Walaupun heksagonalnya hanya menggambarkan wilayah pemasaran dari barang dengan orde yang berbeda namun Christaller mengaitkan teorinya dengan susunan orde perkotaan. Semakin rendah orde barang yang tersedia maka orde kotanya juga makin rendah.
Dalam dunia nyata threshold secara ruang dapat menyusut menjadi lebih separonya karena kepadatan penduduk yang cukup tinggi di pusat kota dan makin rendah apabila makin jauh dari pusat kota. Hal ini berarti apabila pengusaha menambah jenis barang yang dijual, ia memperkecil threshold dari usahanya. Akan tetapi, hal ini hanya berlaku pada sampai batas tertentu. Hal ini juga dapat menjelaskan mengapa di kota terdapat banyak pedagang yang menjual barang dari berbagai jenis dan memilih berlokasi berdekatan di pasar bukan menyebar.
C. KESIMPULAN
0 komentar:
Posting Komentar