Minggu, 05 September 2010

Review



REVIEW ARTIKEL

MORFOLOGI DAN TIPOLOGI KOTA TRENGGALEK





Kawasan Trenggalek telah dihuni selama ribuan tahun, sejak jaman pra-sejarah.
Berdasar data dapat diketahui jejak nenek moyang yang tersebar dari Pacitan menuju ke Wajak Tulungagung dengan jalur-jalur sebagai berikut :

a)Dari Pacitan menuju Wajak melalui Panggul, Dongko, Pule, Karangan dan menyusuri
sungai Ngasinan menuju Wajak Tulungagung;

b) Dari Pacitan menuju Wajak melalui Ngerdani, Kampak, Gandusari dan menuju Wajak
Tulungagung;
c) Dari Pacitan menuju Wajak dengan menyusuri Pantai Selatan Panggul, Munjungan,
Prigi dan akhirnya menuju ke Wajak Tulungagung (Trenggalek.go.id)

Trenggalek adalah salah satu kota di Jawa Timur yang merupakan bekas daerah dari Kerajaan Mataram. Dengan adanya Perjanjian Giyanti, Kerajaan Mataram pecah menjadi dua menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Sebagian besar wilayah Trenggalek menjadi daerah kekuasaan Bupati Ponorogo yang berada di bawah kekuasaan Kasunanan Surakarta.

Setelah Perang Diponegoro usai wilayah Kota Trenggalek menjadi milik Pemerintahan Kolonial Belanda. Pemerintah Belanda menjadikan daerah sekitar alun-alun sebagai kawasan pemerintahan. Kawasan pemukiman pada saat Pemerintahan Belanda dibagi menjadi permukiman bangsawan dan pemerintah , permukiman Belanda, permukiman kaum Cina dan terakhir permukiman pribumi.

Setelah Indonesia merdeka Trenggalek menagalami perkembangan meskipun lambat. Alun-alun Trenggalek yang memotong sumbu jalan utama mengalami perluasan. Kedatangan penduduk China juga memberikan pengaruh terhadap perkembangan Trenggalek. Namun karena minoritas penduduk China pemukimannya dibumuhanguskan. Namun, pada masa sekarang ini penduduk China keturunan banyak bermukim di sekitar pasar pon dan banyak dari mereka yang bermata pencaharian sebagai pedagang. Akibatnya, kawasan perdagangan dengan pasar pon sebagai pusatnya meluas.

Menurut saya adanya peradaban di kawasan Trenggalek disebabkan oleh adanya sumber air yaitu Sungai Ngasinan. Selain itu kawasan ini juga berdekatan dengan pantai selatan. Adanya sumber air ini membuat manusia prasejarah menempati wilayah ini, mengingat air adalah kebutuhan pokok makhluk hidup.

Mulai dari Belanda menguasai pulau jawa sampai pada saat ini, Trenggalek mengalami perluasan kawasan pemerintahan yaitu di sekitar alun-alun yang dilintasi jalan utama. Hal ini wajar karena alun-alun adalah simbol sebuah wilayah, biasanya juga menjadi titik pusat dari suatu kota. Di sekitar alun-alun memang memiliki kawasan perdagangan dan pemerintahan yang jauh lebih berkembang daripada di daerah pinggir kota. Hal ini didukung oleh dekatnya alun-alun dengan jalan utama yang merupakan sarana transportasi paling penting.

Kawasan perdagangan di Kota Trenggalek letaknya dekat dengan kawasan pemukiman, terutama pemukiman penduduk China keturunan. Hal ini disebabkan karena penduduk China keturunan sebagian besar bermata pencaharian sebagai pedagang. Selain itu kawasan perdagangan dekat dengan jalan-jalan yang berfungsi sebagai sarana transportasi.

sumber : http://www.digilib.unmer.net/gdl.php?mod=browse&op=read&id=gdlnode-gdl-jou-2004-rifanhando-330


Artikel Tugas MAK

MORFOLOGI DAN TIPOLOGI KOTA TRENGGALEK

Jurnal Arsitektur Mitakat, volume 5, nomor 1, Maret 2007.
Journal from JIPTUNMERPP / 2008-01-09 09:44:52
Oleh : Rifan Handoko, Department_of_Architecture__Engineering_-_Merdeka_ (mintakat@unmer.ac.id)
Dibuat : 2007-03-01, dengan file

Keyword : Morfologi kota, tipologi kota, Trenggalek.


Perkembangan Kota Trenggalek yang dikaji dengan tinjauan historis dan studi morfologi dan tipologi dikelompokkan ke dalam kawasan pemerintahan, kawasan perdagangan dan kawasan permukiman.

Pusat pemerintahan pertama kali dibentuk pada abad 18 sebagai daerah kekuasaan Mataram dan terletak di Surondakan yang berupa Kadipaten. pada pemerintahan kolonial Belanda banyak penambahan di sekitar alun-alun untuk fungsi dan Kadipaten menjadi Kota Kawedanan dari Kabupaten Tulungagung. Pada masa kemerdekaan terjadi perluasan alun-alun yang memotong sumbu jalan utama dan perubahan fungsi.

Kawasan permukiman berciri tradisional dengan penggunaan toponim Jawa seperti Pandean, Dabangsan, sasoetan, tamertan, Jambangan, Ngantru, Ngemplak dan Sawahan. pada masa pemerintahan kolonial Belanda dilakukan pembagian menurut tingkatan masyarakatnya yaitu : permukiman bangsawan dan pemerintah, permukiman Belanda, permukiman kaum China dan terakhir permukiman pribumi. saat ini hal tersebut tidak tampak lagi karena dibumihanguskannya pusat kota pada tahun 1949 dan minoritas penduduk China.

Kawasan perdagangan dimulai dengan pasar tradisional yaitu pasar pon yang terletak di jl. Panglima Sudirman Kelurahan Sumbergedong. Kegiatan perdagangan ini juga diwarnai oleh kedatangan etnis China yang bermukim di sekitar pasar Pon. Sampai saat ini perekonomian kota relatif lambat dan cenderung tertarik ke arah Tulungagung.




Template by:

Free Blog Templates