Senin, 18 Oktober 2010

Resume Artikel EWK

ENTREPRENEURIAL GOVERMENT

Ketika Gorontalo masih merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi Utara, pemerintah daerah hanya bisa mendapatkan pajak sebesar Rp 7,5 milyar ($ 815.000) pada tahun 2000 dari pendapatan daerah. Lima tahun setelah Gorontalo menjadi provinsi ke 32 di Indonesia di bawah pimpinan mantan pengusaha Fadel Muhammad, sosok yang telah menghasilkan lebih dari enam kali samapi Rp46 milyar pada tahun 2006.

Birokrat, menurut ekonom Universitas Indonesia Rhenald Kasali, cenderung menghabiskan uang sebanyak mungkin dalam rangka menghasilkan anggaran belanja lebih besar tahun depan. Sebaliknya pengusaha lebih menitikberatkan dengan bagaimana cara mengelola anggaran secara efisien untuk mendapatkan hasil yang lebih besar atau penghasilan.

Pengusaha Fadel Muhammad terpilih sebagai gubernur. Beberapa bulan setelah pelantikan, Menteri Dalam Negeri mengalokasikan dana pemerintah pusat sebesar Rp35 miliar sebagai modal awal untuk mengembangkan propinsi baru.

Sementara gubernur lain mungkin telah menggunakan dana untuk membangun kantor baru untuk mereka sendiri atau instansi provinsi lain, Fadel menggunakan uang tersebut untuk membangun bandara, pelabuhan laut dan jalan. "Tanpa fasilitas tersebut, provinsi baru tidak akan pernah tumbuh." Kata dia

Ia memiliki tiga tujuan. Yang pertama adalah untuk mengatasi kurangnya fasilitas infrastruktur yang parah di Gorontalo. Yang kedua adalah untuk membantu memastikan hasil pertanian utama dapat diangkut ke pasar atau pelabuhan secara cepat sehingga tidak akan dibiarkan membusuk di sentra produksi. Ketiga, untuk mengakhiri ketergantungan Sulawesi Utara dalam angkutan udara.

Kemudian setelah itu, uang itu dialokasikan untuk membangun gedung dewan lokal legislatif di sisi bukit, dan kantor gubernur di atas bukit dengan pemandangan teluk, danau laut, dan sebagian besar setiap bagian dari provinsi 12.445 kilometer persegi. Sekarang, Fadel telah membangun rumah gubernur terdapat di depan lapangan sepak bola utama.

Fadel memilki fokus pada sektor pertanian sebagai basis untuk mengembangkan ekonomi lokal. Ambisinya adalah menjadikan Gorontalo seperti yang ia sebut “provinsi pertanian” dengan tujuan utamanya adalah pertanian dan sektor perikanan akan menjadi pendukung ekonomi provinsi, dengan produksi jagung sebagai poin masuk.

“Kota pertanian (agropolitan) merupakan alternatif yang mudah bagi perkembangan Gorontalo,” Fadel menegaskan, mengeluarkan fakta bahwa provinsi memiliki stok yang besar pada lahan yang baik untuk ditanami dan banyaknya petani- yang sebenarnya berkonsentrasi memproduksi jagung dengan sumberdaya manusia pada sektor ekonomi lain sangat terbatas dan pendidikan skill dengan tingkat yang rendah.

Kebijakan Fadel telah fokus pada kapasitas kemajuan sumber daya manusia, mengubah sektor pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, kata ekonom lokal, Manto Rahmalo. Fadel juga membebaskan masyarakat miskin dari biaya pendidikan dan kesehatan. Jumlah pusat kesehatan sudah menigkat dari 33 unit pada tahun 2001 menjadi 52 pada tahun 2006, plus ekstra pelayanan kesehatan keliling dan dokter.

Dalam hanya satu inisiatif di sektor ini, pemerintah telah mengeluarkan program yang menyediakan modal dan fasilitas lainnya untuk membantu meningkatkan output Perikanan. Fadel telah lebih agresif di sektor pertanian, mengembangkan teknologi baru untuk meningkatkan hasil pertanian dan kualitas.Dia memobilisasi bupati, walikota, kepala distrik dan kepala desa untuk membantu petani.

Fadel juga aktif memperhatikan pasar luar negeri. Tahun lalu, gubernur dengan Jepang dan Korea Selatan menandatangani kerjasama untuk mengekspor produk Gorontalo. Sekarang Jepang menggunakan sekitar 36% ekspor pertanian Gorontalo, Korea selatan 34,55%, sedangkan sisanya ke Hongkong, India, Filipina, Taiwan, dan Malaysia. Fadel melengkapi Pusat Informasi Jagung Internasional Gorontalo (GIMIC) yang akan menjadi pusat kedua dunia setelah Brazil. Sebesar Rp 15 M dialokasikan untuk fasilitas tiap 5 ha blok di Kabupaten Bone Bolango. Setelah sukses dalam meningkatkan produksi jagung, Fadel ingin mengubah Gorontalo menjadi pusat produksi beras hibrida di negara ini dengan mengkontribusikan 200.000 ton untuk 2 juta ton cadangan beras nasional. Ini adalah target ambisinya.

Bidang lain yang ingin dikembangkan di masa mendatang adalah biodiesel. Pemerintah telah mencanangkan kampanye bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam penanaman jathrope, tanaman tropis yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk produksi biofuel.


Tidak semua orang senang dengan apa yang terjadi di Gorontalo. Eksportir jagung Leornard Yokom, misalnya, mengeluh tentang kurangnya fasilitas infrastruktur. "Pelabuhan Gorontalo terlalu kecil. Ini harus lebih diperluas sehingga ekspor dapat dipercepat," katanya. Masalah lainnya adalah jalan yang buruk dan kurangnya daya. Hanya jalan yang relatif kecil menghubungkan bandara Jalaludin dan ibukota provinsi.

I AM NOT A COMMON MAN

Fadel mengatasi masalah-masalah, ia bersikap proaktif dan menggunakan koneksinya di pemerintah pusat untuk mendorong terus programnya. Hasilnya enam tahun terakhir anggaran gorontalo meningkat. Produk domestik meningkat pada akhir tahun.

Sebenarnya kita harus mengadopsi pemikiran pengusaha dalam pemerintah. Fadel memperkenalkan budaya bekerjasama pada birokrasi lokal dimana penampilannya dihargai. Dia ingin melanjutkan untuk meningkatkan sektor pertanian dan perikanan. Fadel menambahkan bahwa indonesia masih membutuhkan lebih banyak pengusaha di kedua sektor tersebut yang merupakan tulang punggung perekonomian nasional.

Fadel mendukung presiden SBY sebab apabila pemerintah gagal, negara akan retak. Kita sebenarnya berada di masa kritis karena populasi yang besar dan beberapa masalah kritis yang harus diatasi tapi juga anggaran yang terbatas untuk menjalankan negara. Indonesia masih rentan terhadap Balkanization dan jalan satu-satunya adalah memiliki pertumbuhan ekonomi yang kuat di wilayah-wilayah.


0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates