Senin, 23 April 2012







ABSTRAK
            Dewasa ini pendidikan dipandang sebagai sesuatu kebutuhan primer bagi manusia. Pendidikan banyak diperhatikan oleh berbagai kalangan dalam masyarakat sebab pendidikan adalah salah satu upaya untuk melakukan mobilitas sosial. Dengan memperoleh pendidikan seseorang dapat menaikkan status sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat. Sesuai dengan sikap manusia yang dinamis dan cenderung ingin mendapatkan sesuatu yang lebih baik, maka pendidikan sebagai sarana mobilisasi sosial menjadi penting pada zaman sekarang.
            Namun disisi lain perbedaan setiap orang dalam mengakses  pendidikan tidak selalu sama. Perbedaan mengakses pendidikan tersebut dipengaruhi oleh kemampuan individu dalam hal ekonomi, alokasi fasilitas pendidikan dan kebijakan pemerintah. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial antara masyarakat berpendapatan rendah dengan masyarakat berpendapatan tinggi serta masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan yang memiliki alokasi fasilitas pendidikan yang berbeda pula. Oleh karena itu dibutuhkan suatu solusi dan rekomndasi dalam menyelesaikan problematika kesenjangan sosial dalam akses ke pendidikan tersebut. Perencanaan wilayah dan kota sebagai salah satu ilmu yang mempertimbangkan aspek sosial dalam perencanaan fisik diharapkan dapat memberikan suatu sudut pandang dalam merekomendasikan dan memberikan solusi untuk mengurangi kesenjangan sosial yang terjadi.
Kata kunci : Pendidikan, Kesenjangan Sosial, Perencanaan Wilayah dan Kota

A.     PENDAHULUAN
Tidak ada manusia yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Setiap orang pasti membutuhkan interaksi dengan orang lain untuk menjalankan aktivitas dan rutinitasnya setiap hari. Intreaksi antar manusia tersebut membentuk suatu hubungan yang disebut dengan sistem sosial. Hubungan interaksi sosial masyarakat berbeda-beda sesuai dengan tingkatanya, antar individu, antar kelompok masyarakat, antar komunitas, dan antar negara. Tingkatan hubungan sosial tersebut dikenal dengan struktur sosial. Hubungan sosial juga merupakan sebuah sistem yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Apabila salah satu komponen sosial tersebut tidak bekerja, maka sistem sosial tersebut juga tidak dapat berjalan dengan maksimal. Apabila hal ini terjadi berarti permasalahan sosial sedang berlangsung dalam sebuah sistem sosial.
Pada dasarnya manusia cenderung bersifat dinamis. Mereka menginginkan perubahan yang memiliki arah positif berupa peningkatan status sosial dari lapisan bawah ke lapisan atas. Pendidikan adalah salah satu cara seseorang dalam melakukan mobilitas sosial. Orang yang memperoleh pendidikan dipandang sebagai orang yang memiliki intelektualitas daripada orang yang tidak memperoleh pendidikan. Oleh karena itu seseorang yang memperoleh pendidikan dapat meningkatkan status sosialnya dalam masyarakat. Selain dipandang secara individual, secara general pendidikan dalam sebuah masyarakat dapat menimbulkan suatu perubahan sosial. perubahan sosial ini meliputi nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku, organisasi, lembaga kemasyarakatan, lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, yang terjadi secara cepat atau lambat.
Setiap masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah yang berbeda-beda memiliki akses yang berbeda-beda terhadap pendidikan. Akses terhadap pendidikan ini dipengaruhi oleh alokasi fasilitas pendidikan, kemampuan masyarakat serta kebijakan yang ada dalam wilayah dimana masyarakat tersebut tinggal. Perbedaan akses terhadap pendidikan ini menimbulkan kesenjangan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Dewasa ini, kesenjangan sosial menjadi hal yang sering terjadi di setiap wilayah Indonesia. Negara indonesia yang merupakan negara berkembang membuat tidak meratanya persebaran kebutuhan sosial masyarakat, seperti lapangan pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan pemukiman. Kesenjangan sosial tersebut merupakan suatu masalah sosial yang sampai sekarang sulit sekali dicari penyelesaian solusinya, karena manusia terus berkembang dan tidak dapat diperkirakan (unpredictable). Pada makalah ini, kami akan membahas mengenai kesenjangan sosial pada bidang pendidikan yang terjadi di Indonesia. Kesenjangan sosial yang dibahas terkait dengan perencanaan wilayah dan kota dan juga menyangkut aspek ruang dalam sosial.
Perencanaan Wilayah dan Kota memperlajari ilmu fisik dalam kasus ini berkaitan dengan pola persebaran ruang pendidikan pada ruang lingkup wilayah, mencangkup desa dan kota. Kesenjangan sosial sering terjadi antar masyarakat desa dan kota, maka ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota memiliki andil dalam mengatasi problematika kesenjangan sosial yang terjadi. Diharapkan dengan melihat permasalahan sosial dari sudut pandang perencanaan ruang dan keterkaitannya dengan spasial, didapatkan penyelesaian dan solusi yang dapat meminimalisir kesenjangan sosial yang terjadi.

B.     GAMBARAN PERMASALAHAN DAN CONTOH KASUS
Kesenjangan sosial adalah fenomena yang sering menjadi pembicaraan publik akhir-akhir ini. Kesenjangan sosial dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah akses ke pendidikan. Akses yang tidak sama dalam memperoleh pendidikan seringkali terjadi pada kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan. Fenomena tersebut terjadi di beberapa wilayah di Indonesia diantaranya di Kabupaten Banjarnegara.
Kabupaten Banjarnegara adalah sebuah kabupaten di Propinsi Jawa Tengah, Indonesia dengan ibukotanya di Kecamatan Banjarnegara. Secara astronomi, Kabupaten Banjarnegara terletak di antara 7° 12' - 7° 31' Lintang Selatan dan 109° 29' - 109° 45'50" Bujur Timur. Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah 106.970,997 hektar atau 3,10 % dari luas seluruh Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Banjarnegara terdiri atas 20 kecamatan, yang dibagi lagi atas 273 desa dan 5 kelurahan. Pusat pemerintahan Kabupaten Banjarnegara berada di Kecamatan Banjarnegara. Kota-kota kecamatan yang mengalami perkembangan cukup signifikan adalah Mandiraja dan Klampok. Berikut ini adalah batas-batas Kabupaten Banjarnegara :
Utara     : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang
Timur     : Kabupaten Wonosobo
Selatan  : Kabupaten Kebumen
Barat      : Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga
Berikut ini adalah peta administrasi Kabupaten Banjarnegara :
 
Sumber : Bappeda, 2011
Gambar 1
Peta Administratif Kabupaten Banjarnegara

Kesenjangan akses pendidikan antara desa dan kota atau daerah terpencil dengan daerah perkotaan merupakan salah satu penyebab tidak meratanya mutu pendidikan. Guru yang tinggal di daerah perkotaan mendapat akses yang lebih baik terhadap hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan mutu guru seperti informasi dan fasilitasi pendidikan, sementara guru di pedalaman atau bahkan di daerah terpencil tidak seberuntung itu.
Masyarakat di kota dapat mengakses pendidikan lebih mudah daripada masyarakat di desa sebab alokasi fasilitas pendidikan di kota lebih banyak daripada di desa sehingga terjadi ketimpangan tingkat pendidikan antara masyarakat desa dan kota. Ketimpangan tingkat pendidikan di desa dan kota ini juga berpengaruh terhadap perkembangan wilayah mereka. Daerah di perkotaan dapat maju lebih cepat daripada pedesaan karena masyarakatnya yang telah berpendidikan sedangkan masyarakat di desa belum memiliki ilmu yang cukup untuk mengembangkan wilayah mereka.
Pengalokasian fasilitas pendidikan itu sendiri dipengaruhi oleh status wilayah dan topografi wilayah tersebut. Berikut ini disediakan tabel jumlah fasilitas pendidikan di Kabupaten Banjarnegara :
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari total fasilitas pendidikan yang ada di seluruh kecamatan di Kabupaten Banjarnegara bahwa kecamatan yang paling banyak terdapat fasilitas pendidikannya adalah di Kecamatan Punggelan, Rakit, Mandiraja, Banjarnegara, Bawang dan Purwanegara sedangkan fasilitas pendidikan masih jarang ditemui di Kecamatan Kalibening dan Karangkobar.
Sementara itu dalam melihat persebaran kecamatan kaitannya dengan topografi berikut juga disediakan peta topografi Kabupaten Banjarnegara :
 
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka,2011
Peta 1
Peta Topografi Kabupaten Banjarnegara

Dari peta di atas dapat diketahui bahwa Kabupaten Banjarnegara berdasarkan kondisi topografinya dapat dibagi menjadi dua kawasan, yaitu Kabupaten Banjarnegara sebelah utara dan Kabupaten Banjarnegara sebelah selatan. Kabupaten Banjarnegara sebelah utara yang terdiri dari Kecamatan Kalibening, Batur, Wanayasa, Karangkobar, Pagentan, Banjarmangu dan Madukara wilayahnya didominasi oleh dataran tinggi dengan topografi  15%-25% bahkan ada beberapa daerah yang topografinya lebih dari 40%. Sementara itu Kabupaten Banjarnegara bagian selatan seperti Kecamatan Punggelan, Wanadadi, Bawang, Banjarnegara, Sigaluh, Purwanegara, Mandiraja, Klampok dan Susukan wilayahnya lebih didominasi oleh dataran rendah dengan topografi 0-8% meskipun di beberapa wilayah ada yang memiliki topografi lebih curam.
Kawasan dengan topografi yang datar terutama di bagian selatan Kabupaten Banjarnegara didominasi oleh kawasan perkotaan sedangkan kawasan dengan topografi yang relatif curam / cenderung merupakan datran tinggi didominasi oleh kawasan pedesaan. Pendidikan yang ada di daerah perkotaan lebih lengkap jika dibandingkan dengan daerah pedesaan. Di Kabupaten Banjarnegara terdapat Politekes Banjarnegara dan beberapa perguruan tinggi terbuka. Di Kecamatan Banjarnegara juga terdapat SMP N 1 Banjarnegara yang merupakan SMP terfavorit di Kabuapten Banjarnegara dan SMA N 1 Banjarnegara  yang merupakan SMA terfavorit di Kabupaten Banjarnegara.
Kesenjangan sosial selain diakibatkan oleh pengalokasian fasilitas pendidikan yang disebabkan oleh topografi dan status desa kota kawasan, juga disebabkan oleh perbedaan pendapatan antara individu yang secara agregat dapat dilihat dari tingkat PDRB per kecamatan. Berikut ini disediakan tabel PDRB Kabupaten Banjarnegara :
 
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa daerah yang memiliki PDRB paling besar terdapat di Kecamatan Klampok dan Banjarnegara sementara itu kecamatan yang memiliki PDRB rendah adalah kecamatan Pandanarum dan Pagedongan, Pangetan dan Karangkobar dimana kecamatan-kecamatan ini berstatus sebagai kawasan pedesaan di Kabupaten Banjarnegara.
Kesenjangan sosial di Banjarnegara tidak hanya terjadi karena pengalokasian perbedaan fasilitas pendidikan dan tingkat pendapatan tapi juga karena kesadaran masyarakat itu sendiri terhadap pentingnya pendidikan. Dalam artikel yang ditulis pada situs cakrawala online disebutkan bahwa tingkat kesadaran pendidikan dikabupaten banjarnegara masih tergolong rendah ini tebukti masih banyaknya masyarakat banjarnegara yang masih buta huruf,dari data yang diperoleh jumlah orang yang masih buta huruf di jawa tengah sekitar 2 juta lebih jika dibagi 34 kabupaten tiap-tiap kabupaten ada sekitar 58.823.5294 orang buta huruf itu angka perkiraan namun data falid tiap-tiap kabupaten belum pasti,jika di kabupaten banjarnegara didata akurat warga yang buta huruf pasti bisa membuat detak jantung kita berdenyut keras,betapa memprihatinkan masih banyaknya masyarakat yang belum bisa baca tulis.
Di Desa Semapir Selatan ada sekitar 20 orang yang buta huruf,dan bahkan ada diantara mereka yang berusia produktif yakni antara 30 hingga 40 tahun, padahal pemerintah sedang gencar memberantas buta huruf dan terus mencanagkan program wajib belajar 9 tahun. Ada juga beberapa warga yang memilih tidak mengeyam bangku sekolah sama sekali karena memang pada waktu itu mereka berfikiran tidak ada manfaatnya sekolah, mereka lebih suka menggunakan waktu untuk membantu orang tua mereka berkebun,hingga sampai menikahpun tidak pernah mengeyam pendidikan sama sekali.

C.     PEMBAHASAN
·           Kesadaran Pentingnya Pendidikan
            Pendidikan sangat berkaitan dengan mobilitas sosial dan perubahan sosial. Pendidikan merupakan investasi besar bagi suatu negara. Pendidikan menyangkut kepentingan semua warga negara, masyarakat, negara, institusi-institusi dan berbagai kepentingan lain. Ini disebabkan pendidikan berkaitan erat dengan hasilnya berupa tersedianya SDM yang handal untuk menyuplai berbagai kepentingan. Oleh sebab itu titik berat pembangunan pendidikan terletak pada peningkatan mutu setiap jenis dan jenjang, serta perluasan kesempatan belajar pada pendidikan dasar.
Pendidikan memegang kunci keberhasilan suatu negara di masa depan. Namun kenyataan membuktikan, khususnya di Indonesia, pendidikan masih belum dipandang vital, khususnya oleh para pemegang tampuk kepemimpinan negara. Perubahan sosial adalah proses yang meliputi bentuk keseluruhan aspek kehidupan masyarakat. Menurut pengamatan, perubahan sosial telah menjadi titik kajian beragam ilmu yang sifatnya lintas disiplin. Perubahan sosial adalah masalah teori-teori sosial yang dipakai untuk menerangi fenomena perubahan sosial secara sepihak. Dalam banyak hal, ternyata teori, substansi dan metodologi tidak bisa terpisah menjadi suatu sistem berpikir untuk memahami fenomena perubahan sosial yang lengkap.
Situasi pendidikan di Indonesia memang tidak lepas dari pengaruh perubahan sosial. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat menyangkut nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku, organisasi, lembaga kemasyarakatan, lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, yang terjadi secara cepat atau lambat memiliki pengaruh mendasar bagi pendidikan.
Pentingnya pendidikan yang lebih tinggi dalam masyarakat juga dapat diamati pada lapisan elit masyarakat. Pendidikan yang demikian tidak dapat dihindari dan telah menyebabkan kebanyakan anggota elit menguasai lifestyle kehidupan modern. Semuanya menjadi lebih penting bagi mereka dalam proses mobilitas. Karena dunia semakin kompleks dan kurang dapat dipahami oleh mereka yang tidak berpengalaman secara teknis, maka pendidikan telah berperan dalam memberi pengarahan bagi peran dalam masyarakat.
Pada dasarnya setiap warga dalam suatu masyarakat mempunyai kesempatan untuk menaikan kelas sosial mereka dalam struktur sosial masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat dengan sistem stratifikasi terbuka memilki tingkat mobilitas yang tinggi dibanding masyarakat dengan sistem stratifikasi sosial yang tertutup.
Dalam dunia modern seperti sekarang ini, banyak negara mengupayakan peningkatan mobilitas sosial dalam masyarakatnya, karena mereka yakin bahwa hal tersebut akan membuat orang melakukan jenis pekerjaan yang paling cocok bagi diri mereka. Apabila tingkat mobilitas tinggi, meskipun latar belakang sosial individu berbeda, maka mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi.
Menurut Nurdina, 2008. Faktor yang paling menghambat dalam mobilitas sosial adalah kebodohan atau kurangnya pendidikan. Disinilah pendidikan memainkan peranannya untuk membentuk intelektual manusia, sehingga kemampuan intelektual ini menjadi lokomotif mobilitas sosial, ekonomis. Karena kekuatan intelektual ini tentu saja tidak dapat dipisahkan dari kekuatan sosial. Akibat dari faktor keterpelajaran, keterdidikan atau intelektualitas ini, citra pendidikan dalam masyarakat selalu berada pada lingkaran persoalan konseptual berupa :
(1) perbenturan modern dan tradisional,
(2) masalah Barat dan Timur,
(3) ketegangan antara kaya dan miskin, dan
(4) ketegangan dan upaya memperoleh ruang publik dan otonomi.
Kesadaran yang kurang juga terjadi di Kabupaten Banjarnegara dengan banyaknya angka buta huruf. Pendidikan dianggap tidak penting oleh sebagian masyarakat Banjarnegara karena kultur disana yang lebih memilih membantu pekerjaan orang tua atau menikah.
·                Hubungan Desa-Kota Di Kabupaten Banjarnegara
            Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa tengah. Selain itu Kabupaten Banjarnegara masuk dlaam kawasan pembangunan Balingmascakeb (Banjarnegara,  Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen). Namun perkembangan Kabupaten Banjarnegara tertinggal dari kabupaten lain yang ada di kawasan Balingmascakeb, sehingga di Kabupaten Banjarnegara terbagi atas adanya desa dan kota. Kebanyakan wilayah pedesaan berada pada banjarnegara sebelah Utara sedangkan kawasan perkotaan berada pada bagian selatan. Desa-kota dari Kabupaten Banjarnegara  dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
 
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah perkotaan lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah pedesaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Banjarnegara lebih didominasi oleh pedesaan dan kegiatan pedesaan. Kecamatan Banjarnegara merupakan ibu kota Kabupaten dari Kabupaten Banjarnegara. Dalam memenuhi kebutuhan biasanya masyarakat pedesaan pergi ke kota karena mnenggap dikota lebih lengkap dibandingkan dengan pedesaan. Sedangkan pedesaan lebih didominasi oleh kegiatan pertanian.
·                Kesenjangan Sosial akibat Status Desa-Kota sebagai Bentuk Kebijakan Pemerintah
Kebijakan yang diduga turut menstrimulir kesenjangan sosial adalah kebijakan penataan lahan (tata ruang). Penerapan kebijakan penataan lahan selama ini belum dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakat. Berbagai kekuatan dan kepentingan telah mempengaruhi dalam penerapan kebijakan tersebut. kebijakan pemerintah dalam tata ruang salah satunya adalah melaksankan pembangunan di kawasan pedesaan maupun perkotaan. Namun pembangunan yang diterapkan di kawasan pedesaan maupun perkotaan tidaklah sama.
Pemerintah daerah lebih suka memajukan ibukota kabupaten dan mengembangkan kota-kota kecamatan yang sedang mengalami perkembangan daripada meningkatkan kualitas dan kuantitas perkembangan kota di pedesaan. Pemerintah berpikir trend tanpa mempertimbangkan akibat yang akan terjadi dalam pembangunan model ini. Pembangunan seperti ini diharapkan dapat memberikan multiplayer effect yang dapat memberikan efek positif dari kecamatan-kecamatan kota yang telah berkembang ke daerah sekitarnya. Namun, yang terjadi sekarang ini adalah kebaliknya yaitu eksternalitas, daerah-daerah yang sedang berkembang justru menyerap potensi-potensi yang ada di daerah-daerah yang belum berkembang. Hal tersebut menimbulkan kesenjangan diantara kota dan desa. Kondisi ini terjadi juga dalam bidang pendidikan di Kabupaten Banjarnegara.
Seperti yang telah diketahui bahwa persebaran fasilitas pendidikan di Kabupaten Banjarnegara sebagian besar terletak di kawasan yang berstatus sebagai perkotaan yaitu di Kecamatan Banjarnegara, Bawang dan Mandiraja. Sementara fasilitas pendidikan jarang terdapat di daerah berstatus pedesaan seperti Kecamatan Kalibening. Namun terdapat beberapa kawasan perkotaan yang tidak memiliki jumlah fasilitas pendidikan yang banyak. Hal tersebut dikarenakan pengaruh faktor lan yaitu faktor topografinya yang kurang memungkinkan.
·              Kesenjangan Sosial Akses ke Pendidikan Akibat Topografi
Seperti yang telah diketahui dari peta topografi, kawasan Banjarnegara sebelah utara merupakan kawasan yang didominasi oleh dataran tinggi dengan topografi curam karena itu  fasilitas pendidikan bisa dibilang masih minim. Hal itu disebabkan daerahnya yang berbukit sulit untuk dilakukan pembangunan. Akses untuk menuju sekolah juga sulit karena kondisi alam yang tidak mendukung. Di daerah pedesaan fasilitas pendidikan lengkap hanya ada di ibu kota kecamatan, sedangkan untuk disetiap desa atau kelurahan belum tentu ada fasilitas sekolah. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara terus berusaha untuk menyediakan SD di setiap desa atau kelurahan yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Namun tidak  setiap desa memiliki SMP maupun SMA hal ini karena setiap desa tidak memiliki jumlah penduduk yang mendukung untuk didirikan SMP ataupun SMA sehingga SMP atau SMA hanya terdapat pada ibukota kecamatan saja. Padahal tidak setiap desa dapat mengakses ke ibukota kecamatan dengan mudah disebabkan oleh topografi yang terjal sehingga daerah tersebut kurang sesuai untuk dijadikan daerah pemukiman. Sebagai akibatnya alokasi fasilitas dan infrastruktur yang ditetapkan oleh pemerintah juga hanya berkisar pada daerah perkotaan. Oleh karena itu kesenjangan sosial akan semakin besar apabila tidak segera diatasi.
·              Kesenjangan Sosial Akses ke Pendidikan akibat Tingkat Perekonomian Penduduk
Tingkat perekonomian mempengaruhi akses seseorang untuk mengenyam pendidikan sebab dewasa ini sekolah dengan mutu yang berkualitas juga menuntun biaya yang lumayan banyak padahal tingkat perekonomian di pedesaan tergolong rendah sehingga banyak penduduk yang tidak mampu meneruskan pendidikan karena sulitnya akses menuju sekolah dan rendahnya perekonomian tidak mampu mendukung pendidikan.
                        Kualitas pendidikan di pedesaan juga lebih rendah jika dibandingkan di perkotaan. Sehingga penduduk yang ingin mendapatkan pendidikan yang lebih baik harus pergi ke Kabupaten Banjarnegara   sebelah utara sehingga memerlukan dana yang lebih besar. Kesenjangan pendidikan antara Kabupaten Banjarnegara sebelah utara dengan selatan sanagta tinggi sehingga untuk memenuhi kebutuhan pendidikan  bagi penduduk Banjarnegara sebelah  selatan lebih sulit jika dibandingkan dengan penduduk Banjarnegara sebelah utara.
·              Dampak Kesenjangan Sosial Akses ke Pendidikan
Adapun dampak yang ditimbulkan dari kesenjangan tersebut antara lain :
-            Fasilitas pendidikan yang lebih baik dan tenaga kerja pendidikan yang lebih ber-skilled mendorong penduduk terutama yang berusia muda untuk pindah ke kota demi menuntut ilmu.
-            Setelah menuntut ilmu, penduduk yang pindah tersebut akan terbagi atas tiga : kembali ke desa, tetap di kota untuk menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tunggi atau bekerja, dan pergi ke daerah lain.
-     Hal ini akan menimbulkan masalah baru yaitu meningkatnya penduduk tetap Kota Semarang dan kota lainnya. Peningkatan penduduk tersebut akan mempengaruhi aspek lainnya (ekonomi, sosial, budaya, dll.
-          Berbeda dengan kota yang menjadi tujuan perpindahan penduduk, penduduk di Kabupaten Banjarnegara akan menyusut, namun apabila pertumbuhan penduduk di kabupaten ini cukup tinggi maka masalah ini tidak begitu berpengaruh terhadap jumlah penduduk Kabupaten Banjarnegara.
Kesenjangan yang besar diantara wilayah Kabupaten Banjarnegara yang paling jelas terlihat adalah terjadinya migrasi dari desa ke kota. Perpindahan ini sebagian besar disebabkan oleh pencarian pendidikan yang lebih layak dan mencari pekerjaan yang lebih dapat mengangkat status dan ekonomi masyarakat pedesaan. Apabila kondisi demikian terus terjadi ruang perkotaan akan semakin padat dan overcapacity. Pencari pekerjaan dari desa yang tidak memiliki ketrampilan juga akan memperburuk kondisi perkotaan seperti pertambahan tingkat kriminalitas dan pemukiman kumuh di kota. Hal tersebut semakin menjadikan kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin. Apalagi jika pelajar dari desa tidak kembali ke desa dan memberikan kontribusi yang positif terhadap desanya. Maka desa tempat asalnya tidak dapat berkembang menjadi lebih baik dari kondisi sebelumnya.

D.     SOLUSI DAN STRATEGI
Strategi yang perlu dilakukan dalam mendorong pendidikan :
1.      Peningkatan Kesadaran ( Awareness Raising )
  • Mendorong kesadaran eksekutif dan legislatitif agar lebih membuka diri terhadap partisipasi masyarakat/warga dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
  • Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan yang akan mendorong terjadinya perubahan dan mobilitas sosial ke arah yang lebih baik.
2.      Advokasi Kebijakan ( Policy Advocacy )
  • Membangun kebijakan dan peraturan yang mendorong partisipasi seperti wajib belajar 9 tahun
  • Mendorong terbentuknya berbagai kerjasama antara pemerintah dan lembaga/institusi swasta yang bergerak di bidang pendidikan.
  • Memberikan bantuan operasional sekolah bagi siswa yang kurang mampu dan juga memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi.
  • Pemerataan sumber daya pengajar ke setiap sekolah agar membentuk lulusan siswa  yang berkualitas
  • Memberikan tunjangan tambahan bagi pengajar yang bersedia mengajar di daerah pinggiran.
  • Menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan
  • Memantau program pendidikan pemerintah
3.      Pengembangan Institusi ( Institution Building )
  • Menetapkan persamaan kurikulum utama setiap daerah agar tidak terjadi kesenjangan pendidikan.
  • Partisipasi lembaga/institusi pemerintah dan swasta dalam mengelola bantuan operasional sekolah dan beasiswa.
4.      Pengembangan Kapasitas ( Capacity Building )
Pemerataan serta pengoptimalan sarana dan prasarana sekolah di tiap daerah.

E.     KESIMPULAN
Kesenjangan sosial mengenai akses ke pendidikan di pengaruhi oleh beberapa hal diantaranya kebijakan pemerintah, alokasi infrastruktur, kesadaran pentingnya pendidikan dan kemampuan masyarakat dalam hal  perekonomian. Kesenjangan sosial terkait akses ke pendidikan menimbulkan dampak yang signifikan yaitu terjadinya migrasi penduduk dari desa ke kota yang mendorong masalah baru di perkotaan seperti pengangguran dan peningkatan kriminalitas. Selain tu apabila penduduk yang bermigrasi tersebut tidak kembali ke kampung halamannya untuk membangun desanya maka desa tersebut tidak akan mengalami kemajuan yang signifikan. Untuk itu diperlukan solusi dan strategi dalam mengatasi kesenjangan pendidikan mengenai akses ke pendidikan lewat peningkatan kesadaran, advokasi kebijakan, pengembangan institusi dan pengembangan kapasitas.

DAFTAR PUSTAKA
Annata, Annur. 2011. “Realisasi Program Peningkatan Pendidikan Dalam Rangka Penanggulangan        Kemiskinan di Banjarnegara. Semarang. diakses pada tanggal 24 Desember.
Effendi , Ridwan. “Perubahan Sosial Dan Pembangunan” dalam Bahan Belajar Mandiri 3 Pendidikan      Lingkungan Sosial Budaya Dan Teknologi. Universitas Pendidikan Indonesia. diakses pada tanggal     20 November.
Faticha, Rifda. 2011. “ Potret Kesenjangan dalam Kehidupan Masyarakat di Indonesia”, dalam tugas       akhir kuliah pendidikan pancasila. STMIK Amikom Yogyakarta. diakses pada tanggal 20          November.
Http://www.sosiologi, pendidikan,dan kelas Sosial.htm diakses pada tanggal 20 November
Kabupaten Banjarnegara. 2011. Pelatihan Guru Mata Pelajaran, Tingkatkan Mutu Guru”, dalam laporan daerah. http://www.banjarnegarakab.go.id.com. Banjarnegara diakses pada tanggal 24 Desember.
Kutbi, Amin. 2010. “Perencanaan Pendidikan : Pengelolaan Hubungan Sekolah dan Masyarakat” , dalam             makalah pendidikan. http://www.tulisankuuntukmu.wordpress.com. Nusa Tenggara Barat             diakses pada tanggal 20 November.
Rio. 2011. “Pendidikan Itu Penting”, dalam sekolah tak kunjung berdiri.             http://www.digitalmbul’sfiles.blogspot.com. Jakarta. diakses pada tanggal 20 November.
Tami. 2011. “Peran Wawasan Perspektif Global dalam Pengambilan Kebijakan Pengelolaan Pendidikan di             Indonesia”, dalam wacana mengenai pendidikan. http://www.friendship.blogspot.com. Jakarta.             diakses pada tanggal 20 November.
Universitas Gundarma, 2011. Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan.   http://tugasstudentsite.blogspot.com. Depok, Jawa Barat. diakses pada tanggal 20 November.
Yohana. 2011. “Kesenjangan dalam Hal Pendidikan”, dalam wacana kesenjangan.             http://www.blogbidan.blogspot.com. Jakarta. diakses pada tanggal 20 November.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates